snow rain

Sabtu, 30 Maret 2013

makalah DEHIDRASI


MAKALAH KIMIA KLINIK
GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT (DEHIDRASI)













Disusun oleh :
1.      Wahyu Setyawan – A.102.07.047
2.      Yozi Heldyanisa – A.102.07.048
3.      Yuma Patarihan – A.102.07.049
4.      Yuyun Susanti – A.102.07.050



AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA
2012/1023

PENDAHULUAN

Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia secara fisiologis yang sangat penting, dimana memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh yaitu hampir 90% dari total berat badan tubuh manusia terdiri dari air. Sementara itu, sisanya merupakan bagian padat dari tubuh. Secara keseluruhan, katagori persentase cairan tubuh berdasarkan umur adalah: bayi baru lahir 75% dari total berat badan, pria dewasa 57% dari total berat badan, wanita dewasa 55% dari total berat badan, dan dewasa tua 45% dari total berat badan. Persentase cairan tubuh bervariasi, bergantung pada faktor usia, lemak dalam tubuh, dan jenis kelamin. Jika lemak tubuh sedikit, maka cairan dalam tubuh pun lebih besar. Wanita dewasa mempunyai jumlah cairan tubuh lebih sedikit dibanding pria karena pada wanita dewasa jumlah lemak dalam tubuh lebih banyak dibanding pada pria.                              
Tubuh manusia dapat melakukan metabolism secara normal jika memiliki keseimbangan cairan dan elektrolit yang seimbang, tidak kurang ataupun lebih dari batas normal.
Tubuh memiliki cara sendiri untuk menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit yang terkanding didalamnya.
Pada saat keseimbangan itu terganggu, terdapat gangguan fungsi tubuh pula, salah satunya dan umum terjadi adalah dehidrasi.



PEMBAHASAN

Dalam tubuh, faal sel bergantung pada keseimbangan cairan dan elektrolit. Keseimbangan ini diatur oleh banyak mekanisme fisiologis yang terdapat dalam tubuh. Pada bayi dan anak sering terjadi gangguan keseimbangan tersebut, yang biasanya disertai perubahan pH cairan tubuh pula. Yang dimaksud seimbang disini adalah jumlah yang masuk sama dengan jumlah yang keluar, atau dapat dikatakan masih dalam batas normal.
Tubuh orang sehat berusaha mempertahankan susunannya dalam batas-batas normal. Hal ini disebut homeostasis tubuh dan dilakukan dengan berbagai sistem tubuh yang selalu mengoreksi setiap perubahan, misalnya perubahan jumlah cairan, perubahan kadar natrium, kalium, klorida, fosfor, dan ion hydrogen.

Cairan Dalam Tubuh
Air adalah cairan tubuh yang berada didalam tubuh, cairan didalam tubuh dibagi dua :
1.      Cairan Intra seluler
Adalah cairan yang terdapat dalam sel-sel tubuh, misal : sel otot, tulang, organ-organ dll. Jumlah cairan intra seluler adalah 35 – 40 % dari berat badan.
2.      Cairan Extra Seluler
Adalah cairan yang terdapat diluar sel, terdiri atas :
·         Cairan intravaskuler, adalah cairan yang terdapat didalam pembuluh darah. Misal : plasma. Memiliki jumlah 5% dari berat badan.
·         Cairan interstitial, adalah cairan yang terdapat diantara sel-sel. Misal : limfe dan cairan jaringan. Memiliki jumlah 15% dari berat badan.
·         Cairan transeluler, adalah cairan yang melintas diantara sel-sel.
            Jumlah cairan extra seluler adalah 20 – 25 % dari berat badan.
3.      Cairan transeluler
        Yang termasuk dalam cairan transeluler adalah cairan dalam rongga sendi, rongga pleura, LCS, cairan dlm bola mata, cairan peritoneum. Jumlah cairan transeluler adalah 1-3 % dari berat badan.
Jumlah air dalam tubuh harus dipertahankan dalam batas-batas tertentu untuk berlangsungnya metabolisme tubuh dengan baik.
Tubuh manusia terdiri dari :
1.      Lean body mass (tubuh tanpa jaringan lemak), yaitu air, tulang, jaringan bukan lemak.
2.      Jaringan lemak.
Tubuh merupakan 73 % dari lean body mass, sedangkan jaringan lemak hanya sedikit mengandung air. Oleh karena itu tubuh orang gemuk relatif mengandung lebih sedikit air dibandingkan dengan tubuh orang kurus.
Elektrolit-elektrolit yang terdapat dalam cairan tubuh, antara lan :

1.      Solium
2.      Kalium
3.      Klour
4.      Kalsium
5.      Zinkum
6.      Asam karbonat
7.      CO
8.      H2  (Hidrogen)
9.      O2  (Oksigen)


Jumlah cairan tubuh :

Hal
Cairan intra seluler
Cairan extra seluler

Jumlah
BBLR
 (bayi baru lahir)
30 % dari BB
50 % dari BB
80 % dari BB
Neonatus
35 % dari BB
35-40 % dari BB
70-77 % dari BB
Anak
35 % dari BB
30 % dari BB
65 % dari BB
Dewasa
40-45 % dari BB
15-20 % dari BB
55-60 % dari BB

Pemasukan cairan dalam tubuh, diperoleh dari :
1.         Masukan oral (melalui makanan dan minuman).
Bila sistim yang mengurus jumlah cairan tubuh mengetahui suatu kekurangan atau kelebihan melalui osmoreseptor dalam hypothalamus, maka produksi hormon antidiuretik ditambah atau dikurangi. Dengan demikian diuresis berkurang atau bertambah untuk mengoreksi perubahan jumlah cairan tersebut.
2.         Hasil metabolisme endogen dari karbohidrat, lemak, protein, mineral dan  vitamin.
Sedangkan banyaknya kebutuhan cairan sehari-hari  tergantung dari berat badan seperti yang tertera dalam table diatas.
Pengeluaran Cairan secara Fisiologis
Adalah pengeluaran cairan secara normal, atau disebut juga normal water loss (NWL) dimana rata-rata ±100 cc / KgBB / 24 Jam.
Normal water loss (NWL) terdiri atas :
o     Insisibel water loss (IWL)
Adalah kehilangan cairan yang tanpa disadari atau pengeluaran cairan dari penguapan d kulit dan keringat.
o     Ekskresi urine dan feses.
o     Saliva, air mata, dll.

Cara perpindahan cairan didalam tubuh :
1.         Difusi
Difusi merupakan perpindahan zat/ molekul dari larutan dengan konsentrasi tinggi ke larutan dengan konsentrasi rendah,. terjadi melalui membran kapiler yang permeabel.
2.         Osmosis
Proses perpindahan zat ke larutan lain melalui membran semipermeabel biasanya terjadi dari larutan dengan konsentrasi yang kurang pekat ke larutan dengan konsentrasi lebih pekat.
3.         Transpor aktif
Proses perpindahan cairan tubuh dapat menggunakan mekanisme transpor aktif. Transpor aktif merupakan gerak zat yang akan berdifusi dan berosmosis. Proses penting untuk mempertahankan natrium dalam cairan intra dan ekstrasel.
4.         Filtrasi
Proses perpindahan cairan dan solut (substansi yang terlarut dalam cairan) melintasi membran bersama- sama dari larutan bertekanan tinggi menuju larutan bertekanan rendah.

Elektrolit
Cairan elektrolit adalah cairan saline atau cairan yang memiliki sifat bertegangan tetap dengan bermacam-macam elektrolit. Cairan saline terdiri atas cairan isotonik, hipotonik, dan hipertonik. Konsentrasi isotonik disebut juga normal.
Ada banyak hormon yang berperan dalam pengaturan keseimbangan elektrolit salah satunya adalah anti diuretik hormon (ADH). Merupakan hormon vasopresin arginin (di hipofise posterior).
Mekanisme kerja (di ginjal) : terjadi peningkatan permeabilitas tubulus ginjal dan ductus kolektivus terhadap air. Maka ADH (+) urin pekat, ADH (-)  urin encer.
Sekresi ADH diatur oleh : Tekanan osmotik CES (konsentrasi Na+ & Cl-), Emosi, ADH ↑ : rasa sakit, trauma, tindakan bedah; ADH ↓ : anestesia, alkohol, obat (morfin, difenilhidantoin, barbiturat, glukokortikoid).
Komposisi ion dalam tubuh :
NATRIUM
Jumlah paling banyak dalam CES (Cairan Extra Seluler), berfungsi dalam mengatur volume CES, sedangkan volume CIS (Cairan Intra Seluler) tergantung dari volume CES. Na merupakan kunci dari kontrol volume cairan tubuh.
Konsentrasi intrasel ± 10 mEq/ L, sedangkan konsentrasi ekstrasel (plasma) = 135 – 140 mEq/ L, dimana 1 mEq Na+ = 23 mg dan 1 g garam NaCl = 18 mEq Na+.
Kebutuhan Na+: 1 – 3 mEq/ kgBB/ hari. Jika terjadi perubahan kadar Na maka kadar Na ekstrasel berubah pula. Perubahan kadar Na di serum merupakan perubahan Na+ di cairan interstitiel.
Absorbsi : Pada GIT (jejunum) melalui enzim Na – K – ATP ase, hormon aldosteron, hormon desoksi kortikosteron acetat.
Ekskresi : terutama melalui ginjal, sebagian kecil melalui tinja, keringat, air mata.
Ekskresi Na dipengaruhi oleh: perubahan volume ekstraseluler, hormon ADH, rasa haus, Bila ADH ↓ maka Na banyak keluar.
Pengaturan keseimbangan Na:
Perfusi ginjal ↓ à renin ↑ à angiotensin II à aldosteron ↑
Angiotensin dan aldosteron meningkatkan tekanan darah à terjadi retensi Na + air shg menimbulkan oedema.
Retensi Na terdapat pada:
·         Glomerulonefritis dengan GFR menurun
·         Tekanan onkotik plasma ↓ (sindroma nefrotik)
·         Volume arteri ↓ (gagal jantung kongestif)
·         Pemberian kortikosteroid dg efek retensi Na
Kehilangan Na+ terjadi pada:
·         DM à glukosa ↑ dlm tubulus à menghambat reabsorbsi air + Na à natriuresis
·         Penyakit Addison
·         Diare

KALIUM

Jumlah 95% di intraseluler, konsentrasi kalium dalam plasma 3.4 – 5.5 mEq/ L. Kebutuhan K+ dalam tubuh 1 – 3 mEq/ kgBB/ hari.
Fungsi: mengatur tonisitas intrasel, “resting potential” membran sel.
Kalium diekskresi: 90% melalui urin, diatur oleh aldosteron. Pada keadaan Asidosis, K+ keluar dari dalam sel. Sedangkan pada keadaan Alkalosis, K+ masuk kedalam sel.

KALSIUM
Kalsium dalam tubuh berfungsi membentuk tulang,  menghantarkan impuls kontraksi otot, koagulasi (pembekuan) darah, dan membantu beberapa enzim pankreas. Kalsium diekskresi melalui urine dan keringat.
Konsentrasi kalsium dalam tubuh diatur langsung oleh hormon paratiroid dalam reabsorpsi tulang. Jika kadar kalsium darah menurun, kelenjar paratiroid akan merangsang pembentukan hormon paratiroid yang langsung meningkatkan jumlah kalsium dalam darah.

KLORIDA
Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasel, tetapi tidak dapat ditemukan pada cairan ekstrasel dan intrasel.
Fungsi klorida biasanya bersatu dengan natrium, yaitu mempertahankan keseimbangan tekanan osmosik dalam darah.
Hipokloremia merupakan suatu keadaan kekurangan kadar klorida dalam darah, sedangkan hiperkloremia merupakan kelebihan klor dalam darah. Normalnya, kadar klorida dalan darah pada orang dewasa adalah 95-108 mEq/ It.

MAGNESIUM
Magnesium merupakan kation dalam tubuh, merupakan yang terpenting kedua dalam cairan intrasel. Keseimbangannya diatur oleh kelenjar paratiroid. Magnesium diabsorpsi dari saluran pencernaan. Magnesium dalam tubuh dipengaruhi oleh konsentrasi kalsium. Hipomagnesium terjadi bila konsentrasi serum turun menjadi < 1,5 mEq/lt dan hipermagnesium terjadi bila kadar magnesium serta serum meningkat menjadi > 2,5 mEq/lt.

BIKARBONAT
Bikarbonat merupakan elektrolit utama larutan bufier (penyangga) dalam tubuh.

FOSFAT
Fosfat (P04) bersama-sama dengan kalsium berfungsi membentuk gigi dan tulang. Posfat diserap dari saluran pencernaan dan dikeluarkan melalui urine.

Macam – macam gangguan keseimbangan cairan dan eletrolit dalam tubuh
Ketidak seimbangan cairan
Terdapat 4 kategori ketidak seimbangan cairan, yaitu :
a.       Kehilangan cairan dan elektrolit isotonic
b.      Kehilangan cairan ( hanya air yang berkurang)
c.       Kehilangan cairan dan elektrolit isotonis
d.      Peningkatan osmolal ( hanya air yang meningkat)


Defisit volume cairan
      Disebut juga hipovolemia, yaitu tubuh kehilangan cairan dan eletrolit ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional ( isotonic ). Gangguan ini diawali dengan kehilangan cairan intravaskuler lalu diikuti dengan perpindahan cairan interseluler menuju intravaskuler sehingga menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler. Untuk mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan pemindahan cairan intraseluler.
Factor resiko : kehilangan cairan berlebih, ketidak cukupan asupan cairan.
Tanda klinis :

·         kehilangan berat badan
·         penurunan turgor kulit
·         nadi cepat dan lemah
·         penurunan tekanan darah
·         penurunan volume darah

Niai laboratorium : peningkatan hematokrit, peningkatan hb, peningkatan BUN, penurunan CVP.
Hipervolume atau Overhidrasi
Terdapat dua manifestasi yang ditimbulkan akibat kelebihan cairan, yaitu hipervolume (peningkatan volume darah) dan edema (kelebihan cairan pada interstisial). Normalnya, cairan interstisial tidak terikat dengan air, tetapi elastis dan hanya terdapat di antara jaringan.

Edema
Pada kasus kelebihan cairan, jumlah cairan dan natrium yang berlebihan dalam kompartemen ekstraseluler meningkatkan tekanan osmotic. Akibatnya cairan keluar dari sel sehingga menyebabkan penumpukan cairan dalam ruang interstisial (edema).
Hal ini dapat terjadi ketika :
·         permeabilitas kapiler meningkat (missal : luka bakar)
·         peningkatan hidrostatik cairan kapiler (missal : hipervolemia) yang menyebabkan cairan dalam pembuluh darah terdorong ke ruang interstisial.
·         perpindahan cairan dari ruangan interstisial terhambat
Edema digolongkan menjadi 2, edema pitting dan non pitting. Edema pitting adalah edema yang meninggalkan cekungan setelah dilakukan penekanan pada area yang bengkak, disebabkan oleh gangguan natrium. Edema non pitting disebabkan oleh retensi cairan.

Gangguan Keseimbangan Elektrolit
1. Hiponatremia
Definisi : kadar Na+ serum di bawah normal.
Penyebab :
CHF, gangguan ginjal dan sindroma nefrotik, hipotiroid, penyakit Addison
Tanda dan Gejala :
·   Jika Na plasma turun 10 mEq/L dalam beberapa jam, pasien mungkin mual, muntah, sakit kepala dan keram otot.
·   Jika Na plasma turun 10 mEq/L dalam satu jam, bisa terjadi sakit kepala hebat, letargi, kejang, disorientasi dan koma.
·   Mungkin pasien memiliki tanda-tanda penyakit dasar (seperti gagal jantung, penyakit Addison).
·   Jika hiponatremia terjadi sekunder akibat kehilangan cairan, mungkin ada tanda-tanda syok seperti hipotensi dan takikardi.

2. Hipernatremia
Definisi : Na+ serum di atas normal (>145 mEq/L).
Penyebab :
Kehilangan Na+ melalui ginjal misalnya pada terapi diuretik, diuresis osmotik, diabetes insipidus, sekrosis tubulus akut, uropati pasca obstruksi, nefropati hiperkalsemik; atau karena hiperalimentasi dan pemberian cairan hipertonik lain.
Tanda dan Gejala :
Iritabilitas otot, bingung, ataksia, tremor, kejang dan koma yang sekunder terhadap hipernatremia.

3. Hipokalemia
Definisi : kadar K+ serum di bawah normal (<>
Etiologi :
·   Kehilangan K+ melalui saluran cerna (misalnya pada muntah-muntah, sedot nasogastrik, diare, sindrom malabsorpsi, penyalahgunaan pencahar)
·   Diuretik
·   Asupan K+ yang tidak cukup dari diet
·   Ekskresi berlebihan melalui ginjal
·   Maldistribusi K+
·   Hiperaldosteron
Tanda dan Gejala :
Lemah (terutama otot-otot proksimal), mungkin arefleksia, hipotensi ortostatik, penurunan motilitas saluran cerna yang menyebabkan ileus. Hiperpolarisasi myokard terjadi pada hipokalemia dan dapat menyebabkan denyut ektopik ventrikel, reentry phenomena, dan kelainan konduksi. EKG sering memperlihatkan gelombang T datar, gelombang U, dan depresi segmen ST.

4. Hiperkalemia
Definisi : kadar K+ serum di atas normal (> 5,5 mEq/L)
Etiologi :
·   Ekskresi renal tidak adekuat; misalnya pada gagal ginjal akut atau kronik, diuretik hemat kalium, penghambat ACE.
·   Beban kalium dari nekrosis sel yang masif yang disebabkan trauma (crush injuries), pembedahan mayor, luka bakar, emboli arteri akut, hemolisis, perdarahan saluran cerna atau rhabdomyolisis. Sumber eksogen meliputi suplementasi kalium dan pengganti garam, transfusi darah dan penisilin dosis tinggi juga harus dipikirkan.
·   Perpindahan dari intra ke ekstraseluler; misalnya pada asidosis, digitalisasi, defisiensi insulin atau peningkatan cepat dari osmolalitas darah.
·   Insufisiensi adrenal
·   Pseudohiperkalemia sekunder terhadap hemolisis sampel darah atau pemasangan torniket terlalu lama
·   Hipoaldosteron
Tanda dan Gejala :
Efek terpenting adalah perubahan eksitabilitas jantung. EKG memperlihatkan perubahan-perubahan sekuensial seiring dengan peninggian kalium serum. Gejala lain meliputi parestesi, kelemahan, arefleksia dan paralisis ascenden.

DEHIDRASI
Keadaan ini terjadi bila cairan yang dikeluarkan oleh tubuh melebihi cairan yang masuk.  Normal cairan yang ke luar dari tubuh melalui : Ginjal sebagai urin, Kulit sebagai keringat dan uap, Paru-paru sebagai uap, Usus sebagai tinja. Cairan yang keluar biasanya disertai elektrolit.
Pembagian dehidrasi berdasarkan tonisitas darah :
1.      Dehidrasi isotonik : tidak ada perubahan konsentrasi elektrolit darah.
2.      Dehidrasi hipotonik : konsentrasi eletrolit darah menurun.
3.      Dehidrasi hipertonik : konsentrasi elektrolit darah naik, biasanya disertai rasa haus dan gangguan neurologis.
Karena tonisitas darah terutama ditentukan oleh kadar natrium di dalam plasma, maka biasanya penentuan jenis dehidrasi tersebut dilakukan berdasarkan kadar natrium tersebut, yaitu :
1.      Dehidrasi isotonic, bila kadar natrium dalam plasma 130 – 150 mEq/l dan dapat disebut juga dehidrasi isonatremia.
2.      Dehidrasi hipotonik, bila kadar natrium dalam plasma < 130 mEq/l dan dapat disebut juga dehidrasi hiponatremia.
3.      Dehidrasi hipertonik, bila kadar natrium dalam plasma > 130 mEq/l dan dapat disebut dehidrasi hipernatremia.
Dehidrasi dapat juga dibagi berdasarkan derajatnya, yaitu :
1.      Dehidrasi ringan, bila kehilangan cairan mencapai 5 % berat badan.
2.      Dehidrasi sedang, bila kehilangan cairan diantara 5 – 10 % berat badan.
3.      Dehidrasi berat , bila kehilangan cairan > 10 % berat badan.
Anak besar dan orang dewasa, jika kehilangan cairan > 5 % berat badan sudah dikatakan dehidrasi berat. Kehilangan cairan yang berlebihan dapat terjadi melalui:
1.      Kulit, misalnya keringat banyak keluar pada udara panas, demam, luka bakar, dan sebagainya.
2.      Traktus digestivus, misalnya melalui muntah-muntah, diare, fistel, dll.
3.      Traktus urinarius, misalnya diabetes insipidus, diabetes melitus.
4.      Paru-paru, misalnya hiperventilasi.
5.      Pembuluh darah, misalnya perdarahan.

Gejala dehidrasi :

1.       Rasa haus
2.      Berat badan turun
3.      Kulit, bibir, dan lidah kering.
4.      Turgor kulit dan tonus kurang
5.      Mata dan ubun-ubun cekung
6.      Pembentukan urin berkurang
7.      Anak menjadi apatis, gelisah
8.     Kadang-kadang kejang, akhirnya timbul gejala asidosis dan renjatan dengan nadi dan jantung yang bergerak cepat dan lemah, tekanan darah menurun.
9.      Kesadaran menurun.
10.  Pernapasan kussmaul.




Pemeriksaan dan tes
Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan pada kasus dehidrasi adalah melihat tanda-tanda dibawah ini :
1.      Tekanan darah yang rendah
2.      Tekanan darah semakin menurun saat dilakukan perubahan posisi dari berbaring menjadi berdiri
3.      Detak jantung makin cepat
4.      Turgor kulit buruk (tidak elastis)
5.      Capillary refill turun
6.      Shock
Sementara itu tes yang dilakukan adalah :
1.      Kimia darah, untuk mengecek elektrolit, terutama kadar sodium, potassium dan bikarbonat.
2.      Urine specific gravity. Jika nilainya tinggi, berarti menandakan dehidrasi yang signifikan.
3.      BUN (Blood Urea Nitrogen) yang meningkat.
4.      Kreatinin meningkat.
5.      Complete blood count untuk mengetahui yang terkonsentras dalam darah.
Orang-orang tertentu memiliki resiko dehidrasi  yang lebih tinggi, misalnya:
1.      Bayi dan anak-anak,
2.      Orang berusia lanjut,
3.      Atlit dengan olahraga yang bersifat enduransi (maraton, triathlon, memanjat gunung, turnamen bersepeda macam Tour de France, dan semacamnya),
4.      Menderita penyakit kronis, misalnya penyakit ginjal, pecandu alkohol, kelainan kelenjar adrenal, bahkan yang sedang menderita selesma (cold)
5.      Yang tinggal di dataran tinggi (lebih dari 3000 meter di atas permukaan laut)
Perawatan bagi penderita dehidrasi (bayi dan anak-anak) yaitu:
·         Minumkan cairan rehidrasi oral (oralit atau pedialite). Baca petunjuk penggunaan, dan jangan diminumkan sekaligus karena bisa memicu muntah.
·         Tetap diberi ASI
·         Hindari makanan dan minuman tertentu, misalnya kuah yang asin, susu (terutama yang dididihkan), soda, sari buah, atau gelatin. Cairan terbaik adalah yang berjudul larutan rehidrasi oral, bukan sports drinks dan sebangsanya, sebab mereka mengganti cairan yang terbuang akibat keringat dan bukan diare serta muntah-muntah.
            Sedangkan perawatan bagi orang dewasa (dengan kasus dehidrasi ringan hingga sedang) adalah dengan minum air putih lebih banyak. Kopi, teh, dan minuman yang mengandung kafein dapat memperburuk dehidrasi, sedangkan sari buah (fruit juice) dan soda dapat memperparah diare.

Dehidrasi yang membutuhkan pertolongan medis ketika :
·         Diare akut yang parah, dengan atau tanpa muntah dan demam
·         Muntah berkali-kali dalam waktu 12 jam
·         Diare berat selama 5 hari atau lebih
·         Gelisah dan sangat mengantuk
·         Terjadi gejala dehidrasi sedang atau berat






PENUTUP

Keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh manusia sangat penting. Bila keseimbangan tersebut terganggu akan mengganggu kelancaran metabolisme tubuh.
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat dicegah dengan menyeimbangkan pemasukan cairan dengan pengeluaran cairan yang terjadi.