MAKALAH KIMIA KLINIK
GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN
ELEKTROLIT (DEHIDRASI)
Disusun oleh :
1.
Wahyu
Setyawan – A.102.07.047
2.
Yozi
Heldyanisa – A.102.07.048
3.
Yuma
Patarihan – A.102.07.049
4.
Yuyun
Susanti – A.102.07.050
AKADEMI
ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA
2012/1023
PENDAHULUAN
Kebutuhan cairan merupakan bagian
dari kebutuhan dasar manusia secara fisiologis yang sangat penting, dimana
memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh yaitu hampir 90% dari total berat
badan tubuh manusia terdiri dari air. Sementara itu, sisanya merupakan bagian
padat dari tubuh. Secara keseluruhan, katagori persentase cairan tubuh
berdasarkan umur adalah: bayi baru lahir 75% dari total berat badan, pria
dewasa 57% dari total berat badan, wanita dewasa 55% dari total berat badan,
dan dewasa tua 45% dari total berat badan. Persentase cairan tubuh bervariasi,
bergantung pada faktor usia, lemak dalam tubuh, dan jenis kelamin. Jika lemak
tubuh sedikit, maka cairan dalam tubuh pun lebih besar. Wanita dewasa mempunyai
jumlah cairan tubuh lebih sedikit dibanding pria karena pada wanita dewasa
jumlah lemak dalam tubuh lebih banyak dibanding pada
pria.
Tubuh manusia dapat melakukan
metabolism secara normal jika memiliki keseimbangan cairan dan elektrolit yang
seimbang, tidak kurang ataupun lebih dari batas normal.
Tubuh memiliki cara sendiri untuk menjaga keseimbangan
cairan dan elektrolit yang terkanding didalamnya.
Pada saat keseimbangan itu terganggu, terdapat gangguan
fungsi tubuh pula, salah satunya dan umum terjadi adalah dehidrasi.
PEMBAHASAN
Dalam tubuh, faal sel bergantung
pada keseimbangan cairan dan elektrolit. Keseimbangan ini diatur oleh banyak
mekanisme fisiologis yang terdapat dalam tubuh. Pada bayi dan anak sering
terjadi gangguan keseimbangan tersebut, yang biasanya disertai perubahan pH
cairan tubuh pula. Yang dimaksud seimbang disini adalah jumlah yang masuk sama
dengan jumlah yang keluar, atau dapat dikatakan masih dalam batas normal.
Tubuh orang sehat berusaha
mempertahankan susunannya dalam batas-batas normal. Hal ini disebut homeostasis tubuh dan dilakukan
dengan berbagai sistem tubuh yang selalu mengoreksi setiap perubahan, misalnya
perubahan jumlah cairan, perubahan kadar natrium, kalium, klorida, fosfor, dan
ion hydrogen.
Cairan
Dalam Tubuh
Air adalah cairan tubuh yang berada didalam tubuh, cairan
didalam tubuh dibagi dua :
1.
Cairan
Intra seluler
Adalah
cairan yang terdapat dalam sel-sel tubuh, misal : sel otot, tulang, organ-organ
dll. Jumlah cairan intra seluler adalah 35 – 40 % dari berat badan.
2.
Cairan
Extra Seluler
Adalah cairan yang terdapat diluar
sel, terdiri atas :
·
Cairan
intravaskuler, adalah cairan yang terdapat didalam pembuluh darah. Misal :
plasma. Memiliki jumlah 5% dari berat badan.
·
Cairan
interstitial, adalah cairan yang terdapat diantara sel-sel. Misal : limfe dan
cairan jaringan. Memiliki jumlah 15% dari berat badan.
·
Cairan
transeluler, adalah cairan yang melintas diantara sel-sel.
Jumlah
cairan extra seluler adalah 20 – 25 % dari berat badan.
3.
Cairan
transeluler
Yang termasuk dalam cairan transeluler
adalah cairan dalam rongga sendi,
rongga pleura, LCS, cairan dlm bola mata, cairan peritoneum.
Jumlah cairan transeluler adalah 1-3 % dari berat badan.
Jumlah air dalam tubuh harus dipertahankan dalam batas-batas
tertentu untuk berlangsungnya metabolisme tubuh dengan baik.
Tubuh manusia terdiri dari :
1. Lean body mass (tubuh tanpa jaringan lemak),
yaitu air, tulang, jaringan bukan lemak.
2. Jaringan lemak.
Tubuh merupakan 73 % dari lean
body mass, sedangkan jaringan lemak hanya sedikit mengandung air. Oleh
karena itu tubuh orang gemuk relatif mengandung lebih sedikit air dibandingkan
dengan tubuh orang kurus.
Elektrolit-elektrolit yang terdapat dalam cairan tubuh,
antara lan :
1.
Solium
2.
Kalium
3.
Klour
4.
Kalsium
5.
Zinkum
6.
Asam
karbonat
7.
CO
8.
H2
(Hidrogen)
9.
O2
(Oksigen)
Jumlah cairan tubuh :
Hal
|
Cairan intra seluler
|
Cairan extra seluler
|
Jumlah
|
BBLR
(bayi baru lahir)
|
30 % dari BB
|
50 % dari BB
|
80 % dari BB
|
Neonatus
|
35 % dari BB
|
35-40 % dari BB
|
70-77 % dari BB
|
Anak
|
35 % dari BB
|
30 % dari BB
|
65 % dari BB
|
Dewasa
|
40-45 % dari BB
|
15-20 % dari BB
|
55-60 % dari BB
|
Pemasukan cairan dalam tubuh, diperoleh dari :
1.
Masukan
oral (melalui makanan dan minuman).
Bila
sistim yang mengurus jumlah cairan tubuh mengetahui suatu kekurangan atau
kelebihan melalui osmoreseptor dalam hypothalamus, maka produksi hormon
antidiuretik ditambah atau dikurangi. Dengan demikian diuresis berkurang atau
bertambah untuk mengoreksi perubahan jumlah cairan tersebut.
2.
Hasil
metabolisme endogen dari karbohidrat, lemak, protein, mineral dan
vitamin.
Sedangkan banyaknya kebutuhan cairan sehari-hari tergantung dari berat badan seperti yang
tertera dalam table diatas.
Pengeluaran Cairan secara Fisiologis
Adalah pengeluaran cairan secara normal, atau disebut juga
normal water loss (NWL) dimana rata-rata ±100 cc / KgBB / 24 Jam.
Normal water loss (NWL) terdiri atas :
o Insisibel water loss (IWL)
Adalah
kehilangan cairan yang tanpa disadari atau pengeluaran cairan dari penguapan d
kulit dan keringat.
o Ekskresi urine dan feses.
o Saliva, air mata, dll.
Cara perpindahan cairan didalam
tubuh :
1.
Difusi
Difusi merupakan perpindahan zat/ molekul dari larutan
dengan konsentrasi tinggi ke larutan dengan konsentrasi rendah,. terjadi
melalui membran kapiler yang permeabel.
2.
Osmosis
Proses perpindahan zat ke larutan
lain melalui membran semipermeabel biasanya terjadi dari larutan dengan
konsentrasi yang kurang pekat ke larutan dengan konsentrasi lebih pekat.
3.
Transpor
aktif
Proses perpindahan cairan tubuh
dapat menggunakan mekanisme transpor aktif. Transpor aktif merupakan gerak zat
yang akan berdifusi dan berosmosis. Proses penting untuk mempertahankan natrium
dalam cairan intra dan ekstrasel.
4.
Filtrasi
Proses
perpindahan cairan dan solut (substansi yang terlarut dalam cairan) melintasi
membran bersama- sama dari larutan bertekanan tinggi menuju larutan bertekanan
rendah.
Elektrolit
Cairan elektrolit adalah
cairan saline atau cairan yang memiliki sifat bertegangan
tetap dengan bermacam-macam elektrolit. Cairan saline terdiri
atas cairan isotonik, hipotonik, dan hipertonik. Konsentrasi isotonik disebut
juga normal.
Ada banyak hormon yang
berperan dalam pengaturan keseimbangan elektrolit salah satunya adalah anti diuretik hormon (ADH). Merupakan hormon vasopresin arginin (di hipofise
posterior).
Mekanisme kerja (di ginjal) : terjadi peningkatan permeabilitas tubulus ginjal dan ductus kolektivus
terhadap air. Maka ADH
(+) urin pekat, ADH
(-) urin encer.
Sekresi ADH diatur oleh : Tekanan osmotik CES (konsentrasi Na+ & Cl-),
Emosi, ADH ↑ : rasa sakit, trauma, tindakan bedah;
ADH ↓ : anestesia, alkohol, obat (morfin,
difenilhidantoin, barbiturat, glukokortikoid).
Komposisi ion dalam
tubuh :
NATRIUM
Jumlah
paling banyak dalam CES
(Cairan Extra Seluler), berfungsi dalam mengatur volume CES, sedangkan volume CIS (Cairan Intra Seluler) tergantung dari
volume CES. Na
merupakan kunci dari kontrol volume cairan tubuh.
Konsentrasi
intrasel ± 10 mEq/ L, sedangkan konsentrasi ekstrasel (plasma) = 135 – 140 mEq/ L,
dimana 1 mEq Na+
= 23 mg
dan 1 g garam NaCl = 18 mEq Na+.
Kebutuhan Na+: 1 – 3 mEq/ kgBB/ hari.
Jika terjadi perubahan kadar Na maka kadar Na ekstrasel berubah pula. Perubahan kadar Na di serum merupakan perubahan Na+ di cairan interstitiel.
Absorbsi : Pada GIT (jejunum) melalui enzim Na – K – ATP ase, hormon
aldosteron, hormon desoksi kortikosteron acetat.
Ekskresi : terutama melalui ginjal, sebagian kecil melalui tinja, keringat,
air mata.
Ekskresi
Na dipengaruhi oleh:
perubahan volume ekstraseluler,
hormon ADH, rasa haus, Bila ADH ↓ maka Na banyak keluar.
Pengaturan
keseimbangan Na:
Perfusi ginjal ↓ Ã renin ↑ Ã angiotensin II Ã aldosteron ↑
Angiotensin dan aldosteron meningkatkan tekanan darah à terjadi
retensi Na + air shg menimbulkan oedema.
Retensi
Na terdapat pada:
·
Glomerulonefritis
dengan GFR menurun
·
Tekanan
onkotik plasma ↓ (sindroma nefrotik)
·
Volume
arteri ↓ (gagal jantung kongestif)
·
Pemberian
kortikosteroid dg efek retensi Na
Kehilangan
Na+ terjadi pada:
·
DM
à glukosa ↑ dlm
tubulus à menghambat reabsorbsi air + Na à natriuresis
·
Penyakit
Addison
·
Diare
KALIUM
Jumlah 95% di intraseluler, konsentrasi kalium dalam plasma 3.4 – 5.5 mEq/ L. Kebutuhan K+ dalam tubuh 1 – 3 mEq/ kgBB/ hari.
Fungsi:
mengatur tonisitas intrasel, “resting potential” membran sel.
Kalium diekskresi: 90% melalui urin, diatur oleh aldosteron.
Pada keadaan Asidosis, K+
keluar dari
dalam sel. Sedangkan pada keadaan Alkalosis, K+ masuk kedalam sel.
KALSIUM
Kalsium dalam tubuh berfungsi membentuk
tulang, menghantarkan impuls kontraksi otot, koagulasi (pembekuan)
darah, dan membantu beberapa enzim pankreas. Kalsium diekskresi melalui urine
dan keringat.
Konsentrasi kalsium dalam tubuh diatur langsung oleh hormon
paratiroid dalam reabsorpsi tulang. Jika kadar kalsium darah menurun, kelenjar
paratiroid akan merangsang pembentukan hormon paratiroid yang langsung
meningkatkan jumlah kalsium dalam darah.
KLORIDA
Klorida merupakan anion utama dalam
cairan ekstrasel, tetapi tidak dapat ditemukan pada cairan ekstrasel dan
intrasel.
Fungsi klorida biasanya bersatu dengan natrium, yaitu
mempertahankan keseimbangan tekanan osmosik dalam darah.
Hipokloremia merupakan suatu keadaan kekurangan kadar
klorida dalam darah, sedangkan hiperkloremia merupakan kelebihan klor dalam
darah. Normalnya, kadar klorida dalan darah pada orang dewasa adalah 95-108
mEq/ It.
MAGNESIUM
Magnesium merupakan kation dalam
tubuh, merupakan yang terpenting kedua dalam cairan intrasel. Keseimbangannya
diatur oleh kelenjar paratiroid. Magnesium diabsorpsi dari saluran pencernaan.
Magnesium dalam tubuh dipengaruhi oleh konsentrasi kalsium. Hipomagnesium
terjadi bila konsentrasi serum turun menjadi < 1,5 mEq/lt dan hipermagnesium
terjadi bila kadar magnesium serta serum meningkat menjadi > 2,5 mEq/lt.
BIKARBONAT
Bikarbonat merupakan elektrolit utama larutan bufier (penyangga)
dalam tubuh.
FOSFAT
Fosfat
(P04) bersama-sama dengan kalsium berfungsi membentuk gigi dan
tulang. Posfat diserap dari saluran pencernaan dan dikeluarkan melalui urine.
Macam
– macam gangguan keseimbangan cairan dan eletrolit dalam tubuh
Ketidak seimbangan cairan
Terdapat
4 kategori ketidak seimbangan cairan, yaitu :
a.
Kehilangan cairan dan elektrolit
isotonic
b.
Kehilangan cairan ( hanya air yang
berkurang)
c.
Kehilangan cairan dan elektrolit
isotonis
d.
Peningkatan osmolal ( hanya air yang
meningkat)
Defisit volume cairan
Disebut juga hipovolemia, yaitu tubuh
kehilangan cairan dan eletrolit ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (
isotonic ). Gangguan ini diawali dengan kehilangan cairan intravaskuler lalu
diikuti dengan perpindahan cairan interseluler menuju intravaskuler sehingga
menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler. Untuk mengkompensasi kondisi ini,
tubuh melakukan pemindahan cairan intraseluler.
Factor
resiko : kehilangan cairan berlebih, ketidak cukupan asupan cairan.
Tanda
klinis :
·
kehilangan berat badan
·
penurunan turgor kulit
·
nadi cepat dan lemah
·
penurunan tekanan darah
·
penurunan volume darah
Niai
laboratorium : peningkatan hematokrit, peningkatan hb, peningkatan BUN,
penurunan CVP.
Hipervolume
atau Overhidrasi
Terdapat dua manifestasi yang
ditimbulkan akibat kelebihan cairan, yaitu hipervolume (peningkatan volume darah)
dan edema (kelebihan cairan pada interstisial). Normalnya, cairan interstisial
tidak terikat dengan air, tetapi elastis dan hanya terdapat di antara jaringan.
Edema
Pada kasus kelebihan cairan, jumlah cairan dan natrium yang
berlebihan dalam kompartemen ekstraseluler meningkatkan tekanan osmotic.
Akibatnya cairan keluar dari sel sehingga menyebabkan penumpukan cairan dalam
ruang interstisial (edema).
Hal ini dapat terjadi ketika :
·
permeabilitas
kapiler meningkat (missal : luka bakar)
·
peningkatan
hidrostatik cairan kapiler (missal : hipervolemia) yang menyebabkan cairan
dalam pembuluh darah terdorong ke ruang interstisial.
·
perpindahan
cairan dari ruangan interstisial terhambat
Edema digolongkan menjadi 2, edema pitting dan non pitting.
Edema pitting adalah edema yang meninggalkan cekungan setelah dilakukan
penekanan pada area yang bengkak, disebabkan oleh gangguan natrium. Edema non
pitting disebabkan oleh retensi cairan.
Gangguan Keseimbangan Elektrolit
1. Hiponatremia
Definisi : kadar
Na+ serum di bawah normal.
Penyebab :
CHF, gangguan ginjal dan sindroma nefrotik, hipotiroid,
penyakit Addison
Tanda dan Gejala :
·
Jika
Na plasma turun 10 mEq/L dalam beberapa jam, pasien mungkin mual, muntah, sakit
kepala dan keram otot.
·
Jika
Na plasma turun 10 mEq/L dalam satu jam, bisa terjadi sakit kepala hebat,
letargi, kejang, disorientasi dan koma.
·
Mungkin
pasien memiliki tanda-tanda penyakit dasar (seperti gagal jantung, penyakit
Addison).
·
Jika
hiponatremia terjadi sekunder akibat kehilangan cairan, mungkin ada tanda-tanda
syok seperti hipotensi dan takikardi.
2. Hipernatremia
Definisi : Na+ serum di atas normal (>145 mEq/L).
Penyebab :
Kehilangan Na+ melalui ginjal misalnya pada terapi diuretik,
diuresis osmotik, diabetes insipidus, sekrosis tubulus akut, uropati pasca
obstruksi, nefropati hiperkalsemik; atau karena hiperalimentasi dan pemberian
cairan hipertonik lain.
Tanda dan Gejala :
Iritabilitas otot, bingung, ataksia, tremor, kejang dan koma
yang sekunder terhadap hipernatremia.
3. Hipokalemia
Definisi : kadar K+
serum di bawah normal (<>
Etiologi :
·
Kehilangan
K+ melalui saluran cerna (misalnya pada muntah-muntah, sedot nasogastrik,
diare, sindrom malabsorpsi, penyalahgunaan pencahar)
·
Diuretik
·
Asupan
K+ yang tidak cukup dari diet
·
Ekskresi
berlebihan melalui ginjal
·
Maldistribusi
K+
·
Hiperaldosteron
Tanda dan Gejala :
Lemah (terutama otot-otot proksimal), mungkin arefleksia,
hipotensi ortostatik, penurunan motilitas saluran cerna yang menyebabkan ileus.
Hiperpolarisasi myokard terjadi pada hipokalemia dan dapat menyebabkan denyut
ektopik ventrikel, reentry phenomena, dan kelainan konduksi. EKG sering
memperlihatkan gelombang T datar, gelombang U, dan depresi segmen ST.
4. Hiperkalemia
Definisi : kadar K+ serum di atas normal (> 5,5 mEq/L)
Etiologi :
·
Ekskresi
renal tidak adekuat; misalnya pada gagal ginjal akut atau kronik, diuretik
hemat kalium, penghambat ACE.
·
Beban
kalium dari nekrosis sel yang masif yang disebabkan trauma (crush injuries),
pembedahan mayor, luka bakar, emboli arteri akut, hemolisis, perdarahan saluran
cerna atau rhabdomyolisis. Sumber eksogen meliputi suplementasi kalium dan
pengganti garam, transfusi darah dan penisilin dosis tinggi juga harus
dipikirkan.
·
Perpindahan
dari intra ke ekstraseluler; misalnya pada asidosis, digitalisasi, defisiensi
insulin atau peningkatan cepat dari osmolalitas darah.
·
Insufisiensi
adrenal
·
Pseudohiperkalemia
sekunder terhadap hemolisis sampel darah atau pemasangan torniket terlalu lama
·
Hipoaldosteron
Tanda dan Gejala :
Efek terpenting adalah perubahan eksitabilitas jantung. EKG
memperlihatkan perubahan-perubahan sekuensial seiring dengan peninggian kalium
serum. Gejala lain meliputi parestesi, kelemahan, arefleksia dan paralisis
ascenden.
DEHIDRASI
Keadaan
ini terjadi bila cairan yang dikeluarkan oleh tubuh melebihi cairan yang masuk.
Normal cairan yang ke luar dari tubuh
melalui : Ginjal sebagai urin, Kulit sebagai keringat dan uap, Paru-paru
sebagai uap, Usus sebagai tinja. Cairan yang keluar biasanya disertai
elektrolit.
Pembagian
dehidrasi berdasarkan tonisitas darah :
1.
Dehidrasi
isotonik : tidak ada perubahan konsentrasi elektrolit darah.
2.
Dehidrasi
hipotonik : konsentrasi eletrolit darah menurun.
3.
Dehidrasi
hipertonik : konsentrasi elektrolit darah naik, biasanya disertai rasa haus dan
gangguan neurologis.
Karena tonisitas darah terutama ditentukan oleh kadar
natrium di dalam plasma, maka biasanya penentuan jenis dehidrasi tersebut
dilakukan berdasarkan kadar natrium tersebut, yaitu :
1.
Dehidrasi
isotonic, bila kadar natrium dalam plasma 130 – 150 mEq/l dan dapat disebut
juga dehidrasi isonatremia.
2.
Dehidrasi
hipotonik, bila kadar natrium dalam plasma < 130 mEq/l dan dapat disebut
juga dehidrasi hiponatremia.
3.
Dehidrasi
hipertonik, bila kadar natrium dalam plasma > 130 mEq/l dan dapat disebut
dehidrasi hipernatremia.
Dehidrasi dapat juga dibagi berdasarkan derajatnya, yaitu :
1.
Dehidrasi
ringan, bila kehilangan cairan mencapai 5 % berat badan.
2.
Dehidrasi
sedang, bila kehilangan cairan diantara 5 – 10 % berat badan.
3.
Dehidrasi
berat , bila kehilangan cairan > 10 % berat badan.
Anak besar dan orang dewasa, jika kehilangan cairan > 5 %
berat badan sudah dikatakan dehidrasi berat. Kehilangan cairan yang berlebihan
dapat terjadi melalui:
1.
Kulit,
misalnya keringat banyak keluar pada udara panas, demam, luka bakar, dan
sebagainya.
2.
Traktus
digestivus, misalnya melalui muntah-muntah, diare, fistel, dll.
3.
Traktus
urinarius, misalnya diabetes insipidus, diabetes melitus.
4.
Paru-paru,
misalnya hiperventilasi.
5.
Pembuluh
darah, misalnya perdarahan.
Gejala dehidrasi :
1.
Rasa
haus
2.
Berat
badan turun
3.
Kulit,
bibir, dan lidah kering.
4.
Turgor
kulit dan tonus kurang
5.
Mata
dan ubun-ubun cekung
6.
Pembentukan
urin berkurang
7.
Anak
menjadi apatis, gelisah
8.
Kadang-kadang
kejang, akhirnya timbul gejala asidosis dan renjatan dengan nadi dan jantung
yang bergerak cepat dan lemah, tekanan darah menurun.
9.
Kesadaran
menurun.
10.
Pernapasan
kussmaul.
Pemeriksaan dan tes
Pemeriksaan fisik yang
dapat dilakukan pada kasus dehidrasi adalah melihat tanda-tanda dibawah ini :
1. Tekanan
darah yang rendah
2. Tekanan
darah semakin menurun saat dilakukan perubahan posisi dari berbaring menjadi
berdiri
3. Detak
jantung makin cepat
4. Turgor
kulit buruk (tidak elastis)
5. Capillary
refill turun
6. Shock
Sementara itu tes yang
dilakukan adalah :
1. Kimia
darah, untuk mengecek elektrolit, terutama kadar sodium, potassium dan
bikarbonat.
2. Urine
specific gravity. Jika nilainya tinggi, berarti menandakan dehidrasi yang
signifikan.
3. BUN
(Blood Urea Nitrogen) yang meningkat.
4. Kreatinin
meningkat.
5. Complete
blood count untuk mengetahui yang terkonsentras dalam darah.
Orang-orang tertentu memiliki resiko dehidrasi yang lebih tinggi, misalnya:
1. Bayi dan anak-anak,
2. Orang berusia lanjut,
3. Atlit dengan olahraga yang bersifat
enduransi (maraton, triathlon, memanjat gunung, turnamen bersepeda
macam Tour de France, dan semacamnya),
4. Menderita penyakit kronis, misalnya
penyakit ginjal, pecandu alkohol, kelainan kelenjar adrenal, bahkan yang sedang
menderita selesma (cold)
5. Yang tinggal di dataran tinggi
(lebih dari 3000 meter di atas permukaan laut)
Perawatan bagi penderita dehidrasi
(bayi dan anak-anak) yaitu:
·
Minumkan
cairan rehidrasi oral (oralit atau pedialite). Baca petunjuk penggunaan, dan jangan diminumkan sekaligus karena
bisa memicu muntah.
·
Tetap
diberi ASI
·
Hindari
makanan dan minuman tertentu, misalnya kuah yang asin, susu (terutama yang
dididihkan), soda, sari buah, atau gelatin. Cairan terbaik adalah yang berjudul
larutan rehidrasi oral, bukan sports drinks dan sebangsanya,
sebab mereka mengganti cairan yang terbuang akibat keringat dan bukan diare
serta muntah-muntah.
Sedangkan perawatan bagi orang dewasa
(dengan kasus dehidrasi ringan hingga sedang) adalah dengan minum air putih
lebih banyak. Kopi, teh, dan minuman yang mengandung kafein dapat memperburuk dehidrasi, sedangkan sari
buah (fruit juice) dan soda dapat memperparah diare.
Dehidrasi yang membutuhkan pertolongan medis ketika :
·
Diare
akut yang parah, dengan atau tanpa muntah dan demam
·
Muntah
berkali-kali dalam waktu 12 jam
·
Diare
berat selama 5 hari atau lebih
·
Gelisah
dan sangat mengantuk
·
Terjadi
gejala dehidrasi sedang atau berat
PENUTUP
Keseimbangan
cairan dan elektrolit dalam tubuh manusia sangat penting. Bila keseimbangan
tersebut terganggu akan mengganggu kelancaran metabolisme tubuh.
Gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit dapat dicegah dengan menyeimbangkan
pemasukan cairan dengan pengeluaran cairan yang terjadi.